Senin, 25 Oktober 2010

FEATURE Potret Orang Jakarta di Hari Bumi

Tak menutup mata, sampah dan aksi perusakan lingkungan nyatanya masih menjadi isu seru di Jakarta. Isu ini tak kalah serunya dengan kemacetan, ledakan jumlah penduduk dan kendaraan, banjir, atau dibukanya pusat-pusat perbelanjaan baru di Ibukota ini.

Kompas (http://cetak.kompas.com, 11 Maret 2010) menyebutkan bahwa di Jakarta sendiri produksi sampah yang saat ini mencapai 6.500 ton bakal melonjak menjadi 8.200 ton pada 2025. Ini baru soal sampah. Belum akibat aksi tak ramah lain macam pencemaran udara, perusakan lingkungan, dan pemborosan energi. Dengan situasi demikian, tak heran jika banyak pihak dengan bangganya mendaulat Jakarta termasuk dalam kelompok 5 besar kota di dunia dengan tingkat polusi tertinggi.

Lalu, apakah kita, the Jakartans, menjadi bangga? Seharusnya tidak. Nyatanya, pelan tapi pasti kita menghancurkan tempat tinggal kita sendiri. Biasanya, kita dinasehati untuk peduli lingkungan, mulai dari hal kecil-kecil, sederhana, atau simple dalam keseharian kita. Nah, begitupun saat pencemaran lingkungan terjadi, mulai dari hal-hal sepele dan seringkali tidak disadari, seperti membuang puntung rokok, mencuci pakaian, men-charge baterai handphone, atau urusan menggosok gigi.

Bicara soal muramnya lingkungan hidup di Jakarta, kelewat banyak pihak yang ikut bertanggung jawab, dari lembaga pemerintah, LSM, sampai the Jakartans sebagai individu yang menghuni kota ini. Sistem tata kota yang buruk, minimnya ruang terbuka hijau, dan buruknya penanganan masalah pencemaran lingkungan menjadi catatan lain “kotornya” Jakarta.

Minimnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan melulu jadi alasan kian morengnya wajah lingkungan hidup Jakarta dengan pencemaran. Disadari atau tidak, dalam keseharian perilaku kita diwarnai aksi “kotor”, semisal membuang sampah sembarangan, pencemaran sungai, pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor, serta pemborosan air dan energi. Padahal, akibat dari perbuatan tersebut kerap menyusahkan kita juga, sebut saja banjir, polusi air dan udara, sampai tinggi suhu udara dan cuaca yang sukar ditebak.

Jengah juga kalau setiap memperingati Hari Bumi diisi kiat hidup sehat atau menjaga lingkungan. Nah, agar lebih terasa, Feature kali ini sengaja memotret perilaku orang Jakarta—sadar atau tidak—yang nyatanya mencederai lingkungan. Silakan tengok, akui mana saja yang masih Anda lakukan, dan janji tak akan melakukannya lagi! Ayo, selamatkan diri dengan memperbaiki perilaku kita terhadap lingkungan.

Fakta-fakta Pencemaran Jakarta

Tumpukan Sampah

Tahukah Anda bahwa setiap dua hari warga Jakarta dapat membangun satu Candi Borobudur dari sampah yang terkumpul? Ini karena setiap hari Dinas Kebersihan Jakarta mengumpulkan sampah sebanyak 25.925 m³, diangkut 757 truk untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Jadi, dengan volume sebesar 55.000 m³, dalam setahun kita bisa ‘membangun’ Candi Borobudur 185 buah. Terbayang, kan, seberapa cepat Jakarta akan tertutup sampah?

Kantung Plastik

Fakta mencengangkan tentang sampah plastik adalah 90% sampah di laut berupa plastik. Perihal tersebut diperparah dengan keadaan bahwa setiap tahunnya orang menghabiskan 700 kantung plastik. Supermarket adalah penyumbang terbesar. Tercatat 17 milyar kantung plastik digunakan oleh supermarket di seluruh dunia.

Keran yang Dibuka Saat Sikat Gigi/Cuci Piring

Persediaan air tanah di ibukota terus menipis akibat didera pembangunan gedung-gedung bertingkat. Keadaan ini diperparah oleh pemakaian air rumah tangga. Keran yang tetap dibuka saat kita sikat gigi dalam hitungan menit menghabiskan 4 galon air bersih. Bayangkan jika dalam satu hari kita dua kali menyikat gigi. Berarti dalam setahun, 2.880 galon air bersih akan terbuang percuma.

Kepulan Asap Mobil

Jakarta mendapat sebutan Kota Polusi seiring parahnya tingkat pencemaran udara. Saat ini, sebagai Ibukota, Jakarta menduduki peringkat ketiga kota dengan tingkat polusi terburuk di dunia setelah Meksiko dan Thailand. Jika pada 2002 Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, jumlah tersebut menurun drastis di angka 7 hari saja pada 2003. Menurut data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 46% pasien yang dirawat mengalami gangguan pernapasan akibat pencemaran udara. Jika tingkat polusi tidak segera dipulihkan, biaya pengobatan penyakit tersebut bisa mencapai Rp4.3 triliun pada 2015.

Lampu yang menyala di siang hari

Gedung perkantoran termasuk salah satu tempat yang paling signifikan dalam pemborosan energi listrik. Dalam Earth Hour yang dilangsungkan pada 27 Maret 2010, sedikitnya 600 gedung perkantoran mendaftarkan diri, berpartisipasi mematikan lampu selama 60 menit. Dari event tersebut, penghematan energi yang didapat mencapai 80 MW. Karena itu, kurangi lampu di siang hari dan nyalakan jika perlu.

Penggunaan AC

Setiap rumah sekurang-kurangnya memiliki satu penyejuk ruangan. Sementara, untuk perkantoran, lain lagi ceritanya. Faktanya, 50% pemakaian listrik rumah tangga dialokasikan untuk pemakaian AC. Beda halnya di kantor, porsinya lebih besar, yaitu 70%. Setiap AC yang menyala selama sejam menghasilkan emisi sebesar 160 kg CO2/tahun.

Limbah detergen di Kali

Limbah detergen sisa pemakaian rumah tangga semakin memperburuk kualitas tanah dan air. Tingginya kadar kimia mengurangi unsur hara tanah. Selain itu, surfaktan, zat aktif yang terkandung dalam detergen bila bereaksi dengan chlorobenzena dalam air PDAM bisa menghasilkan toksin yang mematikan baik bagi biota air juga manusia.

Barometer Uji Emisi

Uji emisi memang sempat digalakkan beberapa waktu lalu. Ada 25 titik di wilayah Ibukota, seperti Gambir dan Monas yang memiliki barometer untuk mengukur tingginya kadar polusi. Tahun 2009, pencemar pada paremeter debu berada di titik 37 persen, karbon monoksida 67 persen dan nitrogen monoksida 75 persen. Sayangnya, fasilitas tersebut meskipun masih terbilang anyar justru sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.

Sangga Buana

Bicarakan lingkungan hidup, salah besar jika tidak membahas Kelompok Tani Lingkungan Hidup Sangga Buana. Kenapa?

Kelompok pencinta lingkungan binaan H. Chaerudin yang akrab dipanggil Bang Idin ini sukses mengubah wajah bantaran Kali Pesanggerahan; yang mulanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir); menjadi hutan konservasi seluas kurang lebih 120 hektar yang hijau nan asri. Belum percaya? Masuk dari arah perumahan Villa Delima, Cinere, Anda bisa menyaksikan buktinya.

Bicara sejarah, Bang Idin memulai gerakan hijau ini sejak awal ’90-an hingga saat ini. Perjalanannya pun tak mudah. Cacian, hinaan, bahkan hadangan aparat acap mendera usahanya menjalankan aksi. Namun, semua tidak menyurutkan niatnya membuat ’lingkungan’ baru yang berguna bagi masyarakat umum dan generasi mendatang.

Dengan apa yang disebutnya sebagai manajemen kearifan alam, Bang Idin bersama anggota Sangga Buana mengaktualisasi misinya dengan menanam lebih dari 60.000 pohon di sepanjang bantaran Kali Pesanggerahan, menebar bibit ikan, membersihkan sampah, dan mengedukasi masyarakat soal pentingnya menjaga lingkungan demi anak cucu kita di masa depan. Seperti yang sering beliau katakan, ”Alam ini bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu.”

Hasilnya, udara sejuk, pemandangan hijau, air kali tidak berwarna pekat, dan kicauan burung jadi pemandangan yang meneduhkan mata ketika memasuki wilayah hutan konservasi atau biasa disebut hutan Kali Pesanggerahan. Di kawasan, ini juga terdapat empang, kandang kambing perah, taman, dan ladang yang dikelola KLTH Sangga Buana. Itu belum termasuk jejeran ragam tanaman buah, tanaman obat, dan ikan sungai yang dapat dinikmati masyarakat umum.”Tujuan kita ngelakuin ini supaya bisa dinikmati masyarakat,” ungkapnya menjawab tujuan aksinya ini.

Ajaib. Saat menjejakan kaki di sini, Anda serasa berada di luar Jakarta. Kesejukan, keasrian, ditambah keramahan orang yang kita temui di kawasan tersebut menjadikan kawasan ini objek kunjungan komunitas, anak sekolah, dan mahasiswa yang ingin belajar menanam pohon, ikut membersihkan kali, dan menerima wejangan dari Bang Idin tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Kita patut bersyukur. Saat Jakarta kian panas dihujam pasak bumi ratusan mal, apartemen, dan gedung-gedung perkantoran, masih ada secuplik wilayah yang begitu asri dan jauh dari polusi. Bang Idin bersama KLTH Sangga Buana sudah memberi contoh dengan tindakan nyata. Nah, bagaimana dengan Anda?

Hal Kecil Selamatkan Bumi


Keadaan lingkungan yang semakin memprihatinkan seharusnya bisa menggerakan hati banyak orang untuk lebih peduli. Jangan bingung jika ingin berpartisipasi untuk menyelamatkan dunia. Berikut tips mudah untuk Anda.

1.Buang Sampah di Tempat Sampah

Slogan ini memang terlihat di mana-mana. Tapi, apakah semudah itu untuk menjalaninya? Tidak, buktinya masih banyak sampah yang tercecer dan banyak orang yang meremehkannya!

Apa yang dapat Anda lakukan?

Selalu membawa wadah atau kantung plastik jika bepergian.
Segala sampah kecil milik kita masukkan ke dalamnya.
Segera buang ke tempat sampah setelah selesai beraktivitas hari itu.

2.Gunakan Kertas Daur Ulang

Coba hitung berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk memenuhi kebutuhan kertas sehari-hari?

Apa yang dapat Anda lakukan?

Jangan segera buang kertas hasil revisi skripsi atau laporan Anda. Kumpulkan dan gunakan kembali jika dibutuhkan.
Alih-alih menggunakan kertas memo, pilih e-mail untuk berbagi informasi.
Gunakan kertas bekas untuk tempat corat-coret si kecil.

3.Ganti Kantung Plastik dengan Kantung Kain

Di beberapa negara, Anda bahkan dikenai biaya tambahan untuk setiap kantung plastik yang dipakai memuat belanjaan jika tidak membawa kantung sendiri. Ingat! Plastik membutuhkan waktu 600 tahun untuk dapat diurai di tanah.

Apa yang dapat Anda lakukan?

Bawa tas belanja sendiri yang dapat dipakai berulang-ulang, tahan lama, dan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Beli kantung kain yang ditawarkan di kasir-kasir dan gunakan kembali saat hendak berbelanja lagi.

4.Hemat Penggunaan Air Tanah

Tahukah Anda bahwa shower bertekanan tinggi menghabiskan air setara dengan 15 kolam renang berukuran sedang sekali mandi?

Apa yang dapat Anda lakukan?

Matikan keran saat menyikat gigi
Gunakan shower bertekanan sedang saat mandi
Gunakan mesin cuci seperlunya
Pakailah selang untuk menyiram taman ketimbang alat pancur otomatis.

5.Hemat Energi, Hemat Biaya

Apa yang dapat Anda lakukan?

Pilih neon ketimbang bohlam.
Cabut charger serta colokan lain jika tidak digunakan.
Pilih barang elektronik dengan daya listrik rendah.
Matikan penyejuk udara saat meninggalkan ruangan.

Jadi, Anda tidak perlu menjadi aktivis demi berbuat sesuatu untuk lingkungan sekitar. Cukup dimulai dari hal kecil, tapi sangat berguna dan berdampak besar jika kita konsisten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar