Senin, 25 Oktober 2010

Pengakuan Germo ABG: Saya Pernah Jadi Piala Bergilir Anak Jalanan

SURABAYA, BANGKA POS.COM – Bagaimana sih asal mula pergaulan Ver, tersangka germo ABG dan PSK yang ditangkap di Surabaya. Inilah pengakuan Ver, bahwa sejak kelas II SMP, Ver sudah mulai kenal bolos sekolah. Ia mengaku merasa agak terkekang.

Saking seringnya bolos, Ver yang kini berstatus tersangka kasus trafficking ini, lalu dipanggil ke kantor sekolah untuk diperingatkan. Meski begitu, perempuan berambut sebahu itu tidak kapok. Ia malah kerap bolos sekolah, meski hanya untuk jalan-jalan ke Kebun Binatang Surabaya atau cangkruk di Taman Bungkul.
“Terakhir saya dikeluarkan dari sekolah sekitar tahun 2007,” paparnya.

Tahu Ver dikeluarkan dari sekolah, tantenya marah. Ia sempat dikunci sendirian di rumah supaya kapok dan mau sekolah lagi. Setelah ditanya tantenya apakah masih ingin melanjutkan sekolah, Ver malah tegas mengatakan tak mau sekolah lagi. Tak pelak, semua pakaian Ver dibuang ke depan rumah. Ver yang masih berusia sekitar 14 tahun itu pun minggat dari rumah tantenya.

Ver mengaku tak mau sekolah lagi, karena tiap hari oleh tantenya hanya diberi sangu Rp 1.500. Menurutnya itu hanya cukup untuk naik bemo, sedangkan pulangnya ke Nginden harus jalan kaki.

Begitu memutuskan minggat dari rumah tantenya, Ver mengaku sempat melihat banyak anak jalanan di Jembatan Panjangjiwo. Ia pun bergabung. Setelah kenalan, ternyata anak jalanan itu berasal dari Jakarta. Beberapa anak jalanan itu akhirnya menawari Ver ikut ke Jakarta. Ver yang hidup sendirian langsung mengiyakan.

Setelah perjalanan naik kereta api (KA) hingga Jakarta, Ver mengaku diajak ke daerah Tanah Abang. Ia diajak masuk ke sebuah rumah gubug. Di tempat itu, Ver dikenalkan dengan teman-teman anak jalanan pria dan perempuan. “Jumlah perempuannya kalau tidak salah ada empat termasuk saya dan laki-lakinya banyak sekali,” ungkapnya.

Selama di Jakarta, ia disuruh mengamen di jalanan. Tidak itu saja, ia juga menjadi ‘piala bergilir’ oleh sesama anak jalanan. “Keperawanan saya hilang ya di Jakarta itu,” kata Ver tertunduk.

Karena ia tidak kerasan, Ver memilih balik ke Surabaya dengan naik KA. Ia memilih ngamen di jembatan Panjang Jiwo. Malamnya terkadang tidur di emperan toko atau di bawah kolong jembatan. Sekitar sepekan kemudian Ver ditangkap petugas Satpol PP Pemkot Surabaya karena dianggap mengganggu ketertiban.

“Keluarga di Nginden yang mengambil, karena diberitahu petugas. Ketika itu saya berjanji tidak akan macam-camam lagi,” jelasnya.

Setelah diambil pihak keluarga, Ver lalu memutuskan bekerja di sebuah tempat biliar di Bratang. Ia ingin menjadi orang baik-baik. Rupanya, Ver kecantol dengan seorang lelaki dan diajak minggat selama sepekan. Ia tidak berani kembali ke rumah tantenya. Lebih parah lagi, Ver dikeluarkan dari pekerjaannya karena sering tidak masuk kerja.

Setelah itu, Ver menjadi freelance di cafe kawasan Jl Mayjen Sungkono. Di sinilah Ver kerap bertemu lelaki hidung belang. Ia juga kerap dibooking dan diajak pesta minuman keras. “Kadang aku dibooking dan diberi uang Rp 300.000 sampai Rp 500.000,” ungkapnya.

Ver mengaku pernah dijual Mami Tutik yang kemudian ditangkap anggota Reskrim Polrestabes Surabaya pada Maret 2008. Namun Ver tidak ditahan karena sebagai korban. “Mami Tutik yang ditahan,” jelasnya.

Dari cafe itu pula, Ver lalu mulai coba-coba menjadi germo atau bos-nya para ABG untuk dijual ke para lelaki hidung belang. Hingga akhirnya ia punya anak buah 15 hingga 17 orang seusai SMP dan SMA.

Puncaknya, Kamis (7/10/2010) malam, Ver ditangkap saat mengantar anak buahnya, Cit, 17, pelajar SMA kelas I, ke Hotel Istana Permata Jl Dinoyo. Dalam penangkapan itu, tersangka juga membawa dua anak buahnya, Rez, 17, pelajar SMP kelas III, dan Lil, 14, lulusan SD.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo mengatakan pihaknya akan terus mencari germo lain yang menyuplai anak di bawah umur bagi lelaki hidung belang. Penyidik sudah mengantongi tujuh nama germo yang kerap memasok anak usia di bawah umur. “Ini pasti ada mata rantainya,” tutur mantan Kasat Pidum Ditreskrim Polda Jatim ini, Sabtu.

Dijelaskan, penyidik sudah mendatangi rumah korban Cit, 17, untuk mengambil akta kelahiran dan kartu keluarga di Lamongan. Namun penyidik harus balik ke Surabaya lagi karena tempat tinggal Cit bukan di Lamongan, tapi di Pagesangan. “Korban sudah kami serahkan ke orangtuanya,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar