Senin, 25 Oktober 2010

Anak Jalanan tak Dapat Pendidikan Gratis

Pendidikan merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana dengan anak-anak jalanan? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Rahmad Sazaly dengan Ketua KPAID Sumut, Zahrin Piliang.

Apakah ada pendidikan gratis khusus untuk anak jalanan di Sumut?
Pendidikan gratis tentunya telah lama digembar-gemborkan pemerintah, namun sampai saat ini yang saya ketahui belum ada, dan itu memang perlu digagas.

Program pendidikan seperti apa seharusnya yang diajarkan di sana?
Seandainya ada, program pendidikan yang diberikan kepada mereka yakni pendidikan-pendidikan praktis, seperti setiap anak selalu masuk kelas dalam kondisi bersih. Harus saling menyalami dan memeluk satu sama lain dan menghindari kata-kata kasar dan jorok. Dimana ini merupakan pendidikan perilaku. Jika setiap hari selama sembilan tahun, seorang anak jalanan bisa diajar berperilaku sopan, tentu perilakunya akan berubah.

Apakah pendidikan teori tidak perlu bagi anak jalanan seperti layaknya pendidikan dasar 9 tahun?
Belajar bukan hanya teori, melainkan soal implementasi. Ini yang dibutuhkan anak jalanan agar tidak kembali ke jalan. Namun, teori seperti mata pelajaran matematika tetap saja harus diajarkan.

Bisa Anda contohkan satu pendidikan gratis bagi anak jalanan?
Ada pendidikan gratis bagi anak jalanan yang digagas di Jakarta. Di sana telah memiliki empat program yang sudah dijalankan. Seperti bimbingan belajar anak sekolah dan putus sekolah, bimbingan anak berbakat, bimbingan anak perempuan rawan dan bimbingan ibu dan anak negeri.

Apa manfaat program-program trersebut?
Keempat program ini difokuskan pada pengetahuan praktis. Misalnya saja, bimbingan anak perempuan rawan yang ditujukan untuk anak jalanan perempuan dan pekerja rumah tangga. Setiap tiga hari dalam seminggu, ada tim yang harus menyambangi anak jalanan untuk mengajari mereka tentang kesehatan reproduksi, cara membela diri dan cara melaporkan kepada polisi jika dilecehkan secara seksual. Lain lagi dengan program bimbingan ibu dan anak negeri. Program ada setelah realitas di lapangan yang terekam keras dan suram. Kemiskinan dan kebodohan telah merenggangkan hubungan orangtua dan anak. Imbasnya, keluarga terpecah, anak-anak pun lari ke jalanan. Banyak anak yang dieksploitasi oleh orangtuanya untuk bekerja di jalanan. Dengan pendidikan ini harapannya tak ada lagi ibu yang menyuruh anaknya mencari uang di jalan.

Bagaimana jika ada bakat yang baik dari dalam diri mereka?
Di sana, di luar kelas, anak-anak bisa berlatih alat musik, tari juga tinju. Mereka yang berbakat akan diikutkan kejuaraan tingkat daerah, bahkan nasional. Dan hasil dari pendidikan ini dapat dilihat dari jika mereka kembali ke jalan, artinya mereka tak lulus, dan jika tidak, berarti mereka berhasil.

Selama ini banyak program yang telah direncanakan pemerintah dan menganggarkan dana yang tidak sedikit untuk anak jalanan. Tapi hingga saat ini masih belum ada satu program yang terlihat mumpuni. Menurut Anda kenapa itu terjadi?

Selama ini anak jalanan hanya jadi obyek proyek LSM, sementara miliaran rupiah untuk rumah singgah terbuang percuma. Kasih sayang adalah pendidikan hidup yang terenggut dari kehidupan anak jalanan. Mereka dialpakan dan dianggap sampah masyarakat. Di balik penampilan anak-anak yang kumuh dan kotor, tersimpan jiwa anak-anak yang mendamba rumah dan perhatian. Jika didekati baik-baik, mereka akan membuka diri. Kita berharap pemerintah bisa lebih serius dan memperdalam program-program pendidikan yang dikhususkan bagi anak jalanan. Dengan begitu tak ada yang tersia-siakan dari setiap calon-calon penerus bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar