Senin, 25 Oktober 2010

Mangrove Hilang, Jalan RE Martadinata Amblas, Jakarta Tenggelam!

Semarang – KeSEMaTBLOG. Disaat para pemerhati Jaringan KeSEMaTONLINE menginginkan komentar kami mengenai amblasnya jalan RE Martadinata di Jakarta, sebenarnya, kami sendiri tidak begitu tertarik untuk membahas masalah ini di jaringan kami. Apa pasal (?) karena secara umum, kita ini sebenarnya sudah mengetahui sendiri bahwa hilangnya mangrove-lah yang menjadi salah satu penyebab amblesnya jalan itu. Selanjutnya, perlu kami sampaikan fakta bahwa “jauh hari” sebelum jalan di Jakarta ini menjadi sangat populer dan terkenal seperti sekarang, sebenarnya, tambak , rumah dan desa di Jepara, Demak (lihat foto di samping ini), dan Semarang, telah tenggelam duluan, karena mangrovenya yang juga ditebang! Dua kenyataan ini, sudah seringkali kami publikasikan di Jaringan KeSEMaTONLINE, dan untuk itulah, kami sendiri menganggap bahwa sebagian besar dari kita, pasti sudah mengerti dan menyadarinya. Namun demikian, ada sebuah fakta menarik yang kiranya perlu kami sampaikan sehubungan dengan amblesnya Martadinata yang kami rasa, perlu juga untuk diketahui oleh masyarakat. Untuk itulah, akhirnya artikel “Mangrove Hilang, Jalan RE Martadinata Amblas, Jakarta Tenggelam! “, akhirnya kami sampaikan ke hadapan Anda.

Satu hal menarik itu adalah, sebenarnya tidak hanya ketiadaan mangrove saja yang membuat RE Martadinata amblas. Gejala penurunan tanah akibat tak tahan menerima tekanan bangunan di atasnya, kiranya juga dialami oleh Jakarta, layaknya Semarang, tempat kami tinggal. Lihat saja, cobalah Anda hitung (?), berapa ribu bangunan yang telah dibebankan kepada tanah di sekitar Martadinata, itu! Selanjutnya, hal lain yang harus juga dicermati adalah bahwa konsep menimbun rawa atau yang lebih dikenal dengan istilah reklamasi yang tidak benar, maka akan menyebabkan gejala ambles dan amblas, seperti ini. Menurut kabar, memang tak hanya Martadinata saja yang ambles dan amblas, bahkan beberapa ruas jalan daerah di Jakarta lainnya, juga sudah ambles sehingga dikhawatirkan, Jakarta akan benar-benar tenggelam dalam jangka waktu 30 tahun mendatang!

Warning ini memang bukanlah isapan jempol belaka! Bila Anda cermati, kondisi pesisir Jakarta memang mengkhawatirkan. Pola reklamasi yang seringkali tidak benar diterapkan, hingga menghancurkan dan menghilangkan berhektar-hektar lahan mangrove, benar-benar telah menyebabkan bangunan yang didirikan di atasnya seringkali tenggelam oleh air pasang (baca: rob). Gelombang laut yang maha dahsyat, menerjang bebas pesisir tereklamasi yang tanpa pelindung, sehingga lama kelamaan mengikis tanah yang ada. Maka, tak ayal lagi, bila jalan dan bangunan di pesisir Jakarta akhirnya hancur, ambles lalu amblas seperti Martadinata. Faktanya, kasus-kasus penenggelaman pesisir oleh air laut tak hanya terjadi di Jakarta saja, rob ini, juga sedang mengancam Semarang, hingga stasiun Tawang yang menjadi kebanggaan kota Atlas ini, terpaksa juga harus seringkali kebanjiran terterjang rob.

Bila dipikir lebih mendalam lagi, memang sangatlah wajar bila air pasang terus menerus masuk ke lokasi reklamasi sehubungan dengan habitat air-pasang yang memang “disitu”. Sayangnya, kenyataan ini seolah tidak pernah secara serius kita perhatikan, sehingga walaupun sudah berulang kali kota-kota di pesisir Indonesia mengalami penenggelaman, terus saja kita melakukan reklamasi pesisir yang tidak benar. Semoga saja, kedepannya, kita bisa lebih arif dan bijaksana lagi dalam membangun daerah pesisir kita, sehingga prediksi Jakarta tenggelam di tahun 2040 hanyalah isapan jempol, belaka. Amin. Semangat MANGROVER!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar